Headlines News : Refleksi Filsafat Ilmu,,@ KULIAH S-2 Q... ^^

WELCOME TO MY BLOG

NEVER LOSE HOPE..
YOU NEVER KNOW WHAT TOMORROW MAY BRING...
SEMANGAT...!!!



Home » » PERKEMBANGAN FILSAFAT DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN DI INDONESIA

PERKEMBANGAN FILSAFAT DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN DI INDONESIA

Written By mathematicssss.blogspot.com on Kamis, 30 Januari 2014 | 17.00











PERKEMBANGAN FILSAFAT DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PENDIDIKAN DI INDONESIA

Refleksi
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu
Dosen : Prof. Dr. Marsigit, M.A
Oleh :
Dessi kristiyani (PPs PM P2TK 2013 / NIM 13709259010)

A.  Pendahuluan
Filfafat Yunani dalam sejarah filsafat merupakan tonggak pangkal munculnya filsafat. Pada waktu itu sekitar abad VI SM di wilayah Yunani muncul pemikir-pemikir yang disebut filsof alam. Seiring perkembangannya, maka bermunculan aliran – aliran filsafat.
B.   Refleksi materi kuliah
a.    Perkembangan Filsafat
Permasalahan dalam filsafat pada jaman Yunani kuno bermula dari dua pendapat, yaitu yang disampaikan oleh Parmenides dan heraclitos. Parmenides berpendapat bahwa yang ada dan yang mungkin ada bersifat tetap sedangkan Heraclitos berpendapat bahwa yang ada dan yang mungkin ada berubah.
Filsafat adalah olah pikir, maka yang tetap ada didalam pikiran dan yang berubah ada diluar pikiran.  Oleh karena itu, yang di dalam pikiran itu bersifat ideal sedangkan yang di luar pikiran itu bersifat real. Beberapa aliran – aliran filsafat baik yang sependapat dengan Parmenides ataupun Heraclitos , diantaranya :
1.    Idealisme

Idealisme dipelopori oleh Plato. Menurut Plato, obyek Ilmu (Matematika) itu berada di dalam pikir. Menurut Plato, Matematika itu sudah lengkap. Oleh karena itu, maka tugas manusia berikutnya adalah tinggal menemukannya. Plato berpendapat bahwa tidak semua orang mampu menemukan matematika. Sebagian orang tidak mampu menemukan matematika dikarenakan jiwanya /pikirannya terpenjarakan oleh badannya. Matematika adalah absolute, ideal, abstrak dan bersifat tetap. (Marsigit, 2011)
2.    Realisme

Realisme dipelopori Aristoteles, menurut Aristoteles, obyek Ilmu (Matematika) itu berada di luar pikiran kita. Aristoteles mendefinisikan matematika sebagai pengalaman. Menurutnya, tiadalah Ilmu atau Matematika yang tidak berdasarkan pengalaman. Dengan demikian ciri-ciri Matematika menurut Aristoteles adalah kongkrit dan relative. Pendapat Aristoteles inilah yang kemudian menjadi cikal bakal munculnya aliran empirisme.(Marsigit,2011)
3.    Rasionalisme
Rasionalisme yang lebih menekankan pada pemikiran atau akal dipelopori oleh Rene Descartes.
4.    Empirisme
Empirisme lebih menekankan pada pengalaman dipelopori oleh Thomas Hobbes. Epistemologis-empiris hobbes mengajarkan bahwa pengenalan atau pengetahuan didapat karena pengalaman dan pengalaman merupakan awal segala pengetahuan.
5.    Kantianisme
Kantianisme di pelopori oleh Imanuel Kant. Filsuf Jerman ini dianggap sebagai inspirator dan sebagai peletak dasar pondasi ilmu, yakni dengan mendamaikan pertentangan epistemologik pengetahuan antara kaum rasionalisme dengan kaum empirisme. Menurut Immanuel Kant(Marsigit, 2011), Matematika bisa menjadi Ilmu jika dia bersifat SINTETIK A PRIORI.
6.    Positivisme
Pelopor utama positivisme adalah Auguste Comte. Menurut Comte pemikiran manusia dapat dibagi kedalam tiga tahap, yaitu tahap teologis, Metafisis, dan Positif-ilmiah. Pada dasarnya positivisme adalah sebuah filsafat yang meyakini bahwa satu-satunya pengetahuan yang benar adalah yang didasarkan pada pengalaman aktual-fisikal. Pengetahuan demikian hanya bisa dihasilkan melalui penetapan teori-teori melalui metode scientific yang ketat.
b.    Implikasi Perkembangan Filsafat Pada Perkembangan Pengetahuan Sekarang
Pemikiran Plato dan Aristoteles tentang yang ada dan yang mungkin ada, berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Kalau ditinjau lebih jauh mengenai kedua aliran dan implikasinya terhadap dunia pendidikan khususnya dalam matematika, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa untuk mendidik matematika di sekolah khususnya untuk anak kecil , maka pengertian matematika itu ada di luar pikiran sehingga harus real, konkrit, sehingga yang namanya matematika itu tidak lain adalah kegiatan. Hal ini sesuai dengan aliran realism. Sedangkan aliran idealism lebih cocok diterapkan pada pembelajaran matematika yang dikenakan pada orang dewasa, dimana matematika merupakan suatu definisi, symbol – symbol.
Plato maupun Aristoteles punya pendapat sendiri tentang matematika. Plato menganggap matematika ada di dalam pikiran , yang ada di dalam pikiran sudah jadi, sudah lengkap dan sudah tetap, sedangkan menurut Aristoteles, matematika itu beda di luar pikiranku, contohnya lingkaran itu berbeda, karena lingkaranmu merah dan lingkaranku kuning. Hal itu menggambarkan hidup secara filsafat, merupakan jarak antara Plato dan Aristoteles, dimana hidup itu harus kreatif, kalau hidup itu tetap artinya kita terjebak dalam  ruang yang gelap, disamping itu hidup itu harus dinamis, kalau hidup itu berubah maka kita terjebak dalam mitos, disamping itu kita juga harus sensitive terhadap ruang dan waktu.
Implikasi perkembangan filsafat pada pendidikan tidak berhenti pada Plato dan Aristoteles, menurut Paul Ernest (Marsigit, 2013), bahwa  peta pendidikan  secara umum dapat dibagi menjadi lima dunia pendidikan yaitu: dunia pendidikan kaum industrialis ( pendidikan hanya bertumpu pada keuntungan yang terlihat nyata dan dikerahkan untuk kepentingan industri),dunia pendidikan kaum Konservatif kerajaan/feodal ( hanya ingin mempertahankan dan mewariskan nilai-nilai lama),dunia pendidikan kaum old humanis (berpusat pada diri manusia dan aspek spiritual ditiadakan),dunia pendidikan kaum progresif (berorientasi kepada siswa dan hasil pendidikan diperoleh melalui portofolio), dan dunia pendidikan kaum socio-constructivist (berorientasi kepada sosial dan diri siswa).
Apabila ditelaah lebih jauh tentang hasil pemikiran Paul Ernest dan perkembangan pendidikan yang ada saat ini, maka yang paling banyak berperan dalam perkembangan pengetahuan adalah hasil pemikiran A  Comte. Implikasi dari filsafat Comte terhadap pengetahuan di era modern saat ini adalah pengetahuan hanya mungkin dengan menerapkan metode-metode positif ilmiah, artinya setiap pemikiran hanya benar secara ilmiah bilamana dapat diuji dan dibuktikan dengan pengukuran-pengukuran yang jelas dan pasti sebagaimana berat, luas dan isi suatu benda.

Menurut Marsigit (2013 : 6),Positivisme menawarkan pendekatan science untuk melampaui dikotomi membuka tabir dunia, dengan resiko spiritualitas yang terpinggirkan” .Kaum Positivisme (Auguste Compte) menganggap agama berada di wilayah primitive dan tradisional. Agama dalam hal tertentu dianggap sebagai irrasional, oleh karena itu dapat menghambat kemajuan untuk memperoleh masyarakat modern. Dengan demikian agama tidak dijadikan sentral dalam tata cara dan perikehidupan masyarakat Positisme. Selanjutnya ,Positivisme mengembangkan metode science sebagai jawaban untuk menaklukan dunia; maka berkembanglah segala macam cabang ilmu pengetahuan berbasis science termasuk ilmu-ilmu dasar dan ilmu alam , sedangkan ilmu-ilmu humaniora termasuk agama, seni, budaya, filsafat  dipinggirkan. Kinerja kaum Positivisme begitu mengagumkan karena telah menghasilkan ilmu-ilmu baru, teknologi dan masyarakat industri. Komunitas spiritual diliputi kecanggungan dan kegamangan dalam bayang-bayang reduksionisme untuk tidak punya pilihan lain kecuali terlibat setengah hati. Di luar kesadaran komunitas spiritual, dia telah menjelma menjadi sang kontemporer atau post modern atau post post modern yang menguasai segala aspek dan sendi kehidupan komtemporer dengan 4 ujung tombak: neo kapitalisme, neo pragmatisme, neo utiltarianisme dan neo hedonisme. Dibanding Positivisme awal, maka Kontemporer menampilkan sosok struktur dunia yang lebih lengkap, lebih canggih, dan lebih mampu merangkum semua persoalan dunia, seperti tampak pada gambar berikut:





Sumber : Perkuliahan Filsafat Ilmu oleh Pak Marsigit
 Struktur Dunia Sekarang (Sumber : Perkuliahan Filsafat Ilmu Oleh Bp. Marsigit) )


  Gb. 1 Struktur Dunia Sekarang
Sumber :  Perkuliahan Filsafat Ilmu oleh Bp. Marsigit

Di dalam struktur dunia nya kontemporer, spiritualitas dipinggirkan dan ditempatkan tidak boleh melampaui fase Tradisional. Itulah sebabnya mengapa pada jaman sekarang lebih banyak fenomena bermoduskan non-agamis. Agama dipandang tidak mampu memecahkan persoalan-persoalan teknis dan pragmatis dari kehidupan kontemporer. Interaksi antara dunia spiritualitas dengan dunia Kontemporer dirasakan sangat tidak imbang.(Marsigit, 2013)
c.    Implikasi Perkembangan Filsafat Pada Perkembangan Pendidikan di Indonesia Sekarang
Pengaruh positivism ternyata tidak hanya terjadi pada negara – negara maju, akan tetapi gejalanya juga sudah mulai masuk ke negara – negara berkembang diantaranya Indonesia. Pola pendidikan yang berkembang dalam masyarakat kita saat ini, juga lebih cenderung pada aliran positivism tersebut. Hal ini terlihat pada pola pembelajaran siswa. Orang tua jaman sekarang lebih bangga kalau anak – anak mereka berprestasi dalam bidang akademik yang mulai dari semenjak mereka kecil, dimana pada tahap tersebut seharusnya masih dalam tahap bermain tapi malah sudah di jejali dengan segudang materi pelajaran, dimana tujuannya adalah membentuk anak – anak mereka menjadi ilmuwan – ilmuwan dan ahli – ahli dibidang tertentu misalnya matematika, fisika, biologi dan yang lain. 
Fenomena – fenomena yang muncul dan berkembang tidak hanya berhenti di situ saja, akan tetapi munculnya paradigm baru khususnya dalam kurikulum pendidikan saat ini, dimana kurikukum 2013 yang dicanangkan oleh pemerintah lebih menekankan pada penggunaan metode scientific.

Kurikulum yang baru saja disahkan tersebut sudah diterapkan di Finlandia, Jerman dan Perancis.  Scientific approach (pendekatan ilmiah) adalah pendekatan pembelajaran yang diterapkan pada aplikasi pembelajaran kurikulum 2013. Pendekatan ini berbeda dari pendekatan pembelajaran kurikulum sebelumnya. Pada setiap langkah inti proses pembelajaran, guru akan melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan pendekatan ilmiah. Langkah pembelajaran pada scientific approach menggambil beberapa ranah pencapaian hasil belajar yang tertuang pada kegiatan pembelajaran.  Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Langkah pembelajaran pada scientific approach mencakup 5 langkah kegiatan utama pembelajaran inti yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.( Teguh, 2013). Lebih lanjut, guruorid(2013) menyatakan bahwa Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan yang disampaikan A Comte (Marsigit, 2011), bahwa untuk menghadapi dunia maka Comte menciptakan positivism dimana unsure – unsurnya adalah objektif, ilmiah logico, induksi, kuantitative, konkrit, formula, statistik, standard terukur, reliabilitas, industri, keniscayaan, random, representasi, lambang, wadah, rekayasa, model, cuplikan, remote, mesin, kapital, material, praktis, otomatis, teknologi, rumah kaca, monokultur dan naturweistesshafte. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan kurikulum ini nantinya di negara kita diharapkan akan banyak bermunculan ilmuwan – ilmuwan dalam bidang science, yang siap digunakan dalam menghadapi perkembangan masa depan.
C.   Refleksi Diri
Proses perkembangan anak dan pola pendidikan yang diberikan seharusnya disesuaikan, dalam hal ini diharapkan pendidikan harus mendorong konstruksi pengetahuan melalui keterlibatan aktif dan interaksi siswa dengan tanpa meninggalkan spiritualitas, agar nantinya tidak lahir generasi yang punya akal ilmuwan, tapi bermental tidak baik. Hal ini dikarenakan pola pendidikan yang hanya menekankan scientific tanpa adanya keseimbangan dengan spiritualisme, dan spiritualisme yang ditanamkan bukan hanya dalam tulisan saja , akan tetapi benar – benar bisa diwujudkan dalam jiwanya dan dalam setiap aktivitasnya, khususnya dalam pembentukan pola pemikirannya.

Oleh karena itu, marilah kita berfilsafat tanpa meninggalkan spiritualisme. Menurut pak Marsigit, untuk menyingkapi itu semua, maka dapat dimulai dari diri kita sendiri.
              Setelah membuat refleksi ini, timbul pertanyaan dalam benak saya , yaitu : Bilamana metode scientific yang diterapkan pada kurikulum 2013 benar – benar  berkiblat pada pemikiran Auguste Comte dimana titik berat kurikulum ini adalah mencetak generasi yang siap menghadapi perkembangan masa depan, apakah maksud masa depan itu adalah masyarakat post post modern ? lantas apa yang akan terjadi pada generasi penerus kita?

Referensi :
1.    Materi Perkuliahan Filsafat Ilmu oleh Bp. Prof. Dr. Marsigit, M.A
2. Marsigit(2011).Elegi Bendungan Komte dan Sungai Positive.(online).Tersedia: http://powermathematics.blogspot.com/2011/10/elegi-bendungan-komte-dan-sungai.html?showComment=1391474862039#c5148965125568881038 (29 Januari 2013)

3.Marsigit(2011).Elegi Menggapai Matematika Yang Tidak Tunggal.(online).Tersedia: http://powermathematics.blogspot.com/2011/09/elegi-menggapai-matematika-yang-tidak.html#comment-form(29 Januari 2013)

 4. Marsigit.(2013). Peta 1- Pendidikan Dunia _ Dibuat oleh Marsigit dari Paul Ernes (online). Tersedia: http://powermathematics.blogspot.com/2012/11/peta-1-peta-pendidikan-dunia-dibuat.html#comment-form (29 Januari 2013)

5.    Marsigit.(2013). Peta 2- Pendidikan Dunia _ Dibuat oleh Marsigit dari Paul Ernes (online). Tersedia: http://powermathematics.blogspot.com/2012/11/peta-1-peta-pendidikan-dunia-dibuat.html#comment-form (29 Januari 2013)

6.    Marsigit.(2013). Peta 3- Pendidikan Dunia _ Dibuat oleh Marsigit dari Paul Ernes (online). Tersedia: http://powermathematics.blogspot.com/2012/11/peta-1-peta-pendidikan-dunia-dibuat.html#comment-form (29 Januari 2013)

7.    Marsigit.(2013). Peta 4- Pendidikan Dunia _ Dibuat oleh Marsigit dari Paul Ernes (online). Tersedia: http://powermathematics.blogspot.com/2012/11/peta-1-peta-pendidikan-dunia-dibuat.html#comment-form (29 Januari 2013)

8.    Marsigit.(2013). Urgensi Filsafat Dalam Pendidikan Islam Untuk Pendidikan Karakter (online). Tersedia:https://www.academia.edu/3634496/Urgensi_Filsafat_dalam_Pendidikan_Islam_untuk_Pendidikan_Karakter (29 Januari 2013)




Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Arsip Blog

 
Created © 2009. Daisy Yani - All Rights Reserved
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA..HAVE A NICE DAY...^^